Pekalongan dijuluki sebagai “ Kota Batik “ adalah tidak berlebihan, karena Pekalongan merupakan penghasil batik terbesar di Indonesia bahkan didunia. Secara geografis Pekalongan digolongkan sebagai kota pesisir sehingga produksi batik pekalongan sangat beragam dan sangat dinamis didalam penerapan motif-motifnya. Pada umumnya motif batik pekalongan sangat kaya coraknya maupun pewarnaannya yang cerah/berani sehingga sangat cantik dan banyak digemari para konsumennya.
Batik Pekalongan menjadi sangat khas karena bertopang sepenuhnya pada ratusan pengusaha kecil, bukan pada segelintir pengusaha bermodal besar. Sejak berpuluh tahun lampau hingga sekarang, sebagian besar proses produksi batik pekalongan dikerjakan di rumah-rumah.
Oleh karenanya, batik pekalongan menyatu erat dengan kehidupan masyarakat Pekalongan yang kini terbagi dalam dua wilayah administratif, yakni Kota Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Batik pekalongan adalah napas kehidupan sehari-sehari warga Pekalongan. Karena batik telah menjadi topangan hidup bagi sebagian besar warga Pekalongan.
Meskipun demikian, usaha batik pekalongan dan juga disebagian daerah pengrajin batik lainnya kini tengah menghadapi permasalahan yang komplek. Perkembangan globalisasi dunia dan munculnya negara pesaing baru, seperti Cina, Vietnam, dan lainya menantang industri batik pekalongan untuk terus berinovasi ke arah yang lebih modern agar bias tetap eksis menghadapi pesaing lainnya.
Zaman telah berubah. Pekerja batik di Pekalongan kini tidak lagi didominasi petani seperti zaman dahulu. Mereka kebanyakan berasal dari kalangan muda setempat yang ingin mencari nafkah. Hidup mereka mungkin sepenuhnya bergantung pada pekerjaan membatik.
Apa yang dihadapi industri batik pekalongan saat ini mungkin adalah sama dengan persoalan yang dihadapi industri lainnya di Indonesia, terutama yang berbasis pada pengusaha kecil dan menengah.
Persoalan itu, antara lain, berupa menurunnya daya saing yang ditunjukkan dengan harga jual produk yang lebih tinggi dibanding harga jual produk sejenis yang dihasilkan negara lain. Padahal, kualitas produk yang dihasikan negara pesaing lebih baik dibanding produk pengusaha Indonesia.